Rabu, 12 Februari 2014

BUDAYA KALIMANTAN BARAT

Kesenian dan Kebudayaan Kalimantan Barat




Kalimantan Barat adalah provinsi  di Indonesia yang terletak di pulau Kalimantan dan beribukotakan Pontianak. Daerah ini berbatasan langsung dengan Sarawak bagian dari negara tetangga yaitu Malaysia. Kalimantan barat disebut sebagai provinsi seribu suangai, karena provinsi ini memiliki banyak sungan kecil dan suangai besar yang digunakan sebagai jalur utama angkutan untuk masuk kepedalaman. Indonesia memang kaya akan berbagai macam suku dan kebudayaan, khususnya provinsi Kalimantan Barat ini.
Sama seperti daerah lainnya yang ada di Indonesia, Kalimantan Barat pun memiliki kesenian dan kebudayaan yang dimiliki oleh daerah ini. Dan kali ini saya akan mencoba untuk membuat artikel mengenai beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di Kalimantan Barat atau Pontianak tersebut.



Kesenian dan Kebudayaan Kalimantan Barat (Pontianak)
Kalimantan Barat memiliki banyak kesenian dan kebudayaan yang beraneka ragam, dan berikut beberapa kesenian dan kebudayaan yang berasal dari daerah tersebut :
Bahasa
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang secara umum dipakai oleh masyarakat di Kalimantan Barat. Selain itu bahasa penghubung yaitu bahasa Melayu Pontianak, Melayu Sambas dan Bahasa Senganan menurut wilayah penyebarannya


Rumah Adat
Kalimantan Barat memiliki rumah adat yang bernama rumah Betang. Bentuk dan besar rumah Betang berbeda-beda di berbagai tempat. Ada rumah Betang yang panjangnya mencapai 150 meter dan lebar hingga 30 meter. Umumnya rumah Betang di bangun dalam bentuk panggung dengan ketinggian tiga sampai lima meter dari tanah. Tingginya bangunan rumah Betang ini untuk menghindari datangnya banjir pada musim penghujan


Pakaian Adat
Pakaian adat untuk Kalimantan Barat bernama King Baba untuk laki-laki dan King Bibige untuk perempuan. Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu yang diproses hingga menjadi lunak seperti kain. Kulit kayu yang bisa difungsikan sebagai kain untuk membuat cawat, celana, baju, clan selimut itu disebut kapua atau ampuro.


Senjata Tradisional
Senjata tradisional asal Kalimantan Barat bernama Mandau. Mandau sejenis Pedang yang memiliki keunikan tersendiri, dengan ukiran dan kekhasannya. Hulunya terbuat dari tanduk rusa yang diukir, sementara besi bahan Ahpang (Mandau) terbuat dari besi yang ditambang sendiri dan terdiri dari dua jenis, yaitu Bahtuk Nyan yang terkenal keras dan tajam sehingga lalat hinggap pun bisa putus tapi mudah patah dan Umat Motihke yang terkenal lentur, beracun dan tidak berkarat.


Tari Tradisional
Kalimantan Barat memiliki beberapa tari tradisional seperti :
Tari Monong
Tari ini merupakan tari Penyembuhan dan tari ini berfungsi sebagai penolak atau penyembuh atau  penangkal penyakit agar si penderita dapat sembuh kembali penari berlaku seperti dukun dengan jampi-jampi. tarian ini hadir disaat sang dukun sedang dalam keadaan trance atau tidak sadar.


Tari Kinyah Uut Danum
Kinyah Uut Danum, adalah tarian perangyang memperlihatkan kelincahan dankewaspadaan dalam menghadapi musuh


Alat Musik Tradisional
Kalimantan Barat memiliki banyak alat musik khas daerah tersebut, beberapa diantaranya :
Sapek
Sapek merupakan alat musik petik tradisional dari Kapuas hulu dikalangan masyarakat Dayak Kayaan Mendalam kabupaten Kapuas hulu


Gong
Gong atau Agukng, Kollatung (Uut Danum) merupakan alat musik pukul yang terbuat dari kuningan, merupakan alat musik yang multifungsi baik sebagai mas kawin, sebagai dudukan simbol semangat dalam pernikahan. maupun sebagai bahan pembayaran dalam hukum adat.


Tradisi Robo-robo
Tradisi Robo-robo ini di adakan Rabu terakhir bulan Sapar (Hijriah) yang menyimbolkan keberkahan. Menurut cerita, ritus ini merupakan peringatan atau napak tilas kedatangan Pangeran Mas Surya Negara dari Kerajaan Matan (Martapura) ke Kerajaan Mempawah (Pontianak). Robo-robo itu sendiri dimaksudkan sebagai suatu peringatan serangkaian kejadian penting bermula Haulan pada hari Senin malam Selasa terakhir bulan Syafar guna mengenang hari wafatnya Opu Daeng Manambun


Kerajinan Tangan
Masyarakat Kalimantan Barat memiliki keahlian dalam menghasilkan sebuah kerajinan yang khas daerah tersebut, dan beberapa masyarakat Kalimantan bermata percaharian sebagai pembuat kerajinan tangan. Dan kerajinan tangan yang biasa di buat yaitu
Tikar lampit yang terbuat dari rotan


Lalu kerajinan tangan berupa anyaman yang terbuat dari bambu yang menghasilkan tas dan atau keranjang




Sudah dijelaskan beberapa kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah Kalimantan Barat. Masih banyak kesenian dan kebudayaan yang ada di daerah tersebut. Untuk mengetahui kesenian dan kebudayaan yang lain bisa kita cari dengan membrowsing internet. Dengan mengetahui kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia mampu menimbulkan rasa cinta dan bangga akan negri kita ini, karena keaneka ragaman yang ada di negara ini yang membuat kagum. Dan teringat akan semboyan Negara kita yaitu “Bhineka Tunggal Ika” yang memiliki arti berbeda-beda namun tetap satu jua. Artinya walaupun kesenian dan kebudayaan yang ada di Indonesia berbeda-beda tiap daerahnya semua warga Negara Indeonesia bersatu dan tidak menyebabkan semua itu menjadi konflik. Dan sebagai seorang mahasiswa penerus bangsa yang baik alangkah baiknya kita menjaga dan melestarikan kesenian dan kebudayaan yang sudah ada sejak jaman dahulu agar kesenian dan kebudayaan tersebut tidak punah di makan oleh jaman yang makin lama makin maju.

BUDAYA SUMATERA UTARA

KEBUDAYAAN SUMATERA UTARA


Provinsi Sumatera Utara terletak pada 1° - 4° Lintang Utara dan 98° - 100° Bujur Timur, Luas daratan Provinsi Sumatera Utara 71.680 km².
Sumatra Utara pada dasarnya dapat dibagi atas:
       Pesisir Timur
       Pegunungan Bukit Barisan
       Pesisir Barat
       Kepulauan Nias
Pesisir timur merupakan wilayah di dalam provinsi yang paling pesat perkembangannya karena persyaratan infrastruktur yang relatif lebih lengkap daripada wilayah lainnya. Wilayah pesisir timur juga merupakan wilayah yang relatif padat konsentrasi penduduknya dibandingkan wilayah lainnya. Pada masa kolonial Hindia-Belanda, wilayah ini termasuk residentie Sumatra's Oostkust bersama provinsi Riau.
Di wilayah tengah provinsi berjajar Pegunungan Bukit Barisan. Di pegunungan ini terdapat beberapa wilayah yang menjadi kantong-kantong konsentrasi penduduk. Daerah di sekitar Danau Toba dan Pulau Samosir, merupakan daerah padat penduduk yang menggantungkan hidupnya kepada danau ini.
Pesisir barat merupakan wilayah yang cukup sempit, dengan komposisi penduduk yang terdiri dari masyarakat Batak, Minangkabau, dan Aceh. Namun secara kultur dan etnolinguistik, wilayah ini masuk ke dalam budaya dan Bahasa Minangkabau.
Pada dasarnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia. Suku Melayu Deli mayoritas menuturkan Bahasa Indonesia karena kedekatannya dengan Bahasa Melayu yang menjadi bahasa ibu masyarakat Deli. Pesisir timur seperi wilayah Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan, dan Tanjung Balai, memakai Bahasa Melayu dialek "o" begitu juga di Labuhan Batu dengan sedikit perbedaan ragam. Di Kabupaten Langkat masih menggunakan bahasa Melayu dialek "e" yang sering juga disebut bahasa Maya-maya. Mayarakat Jawa di daerah perkebunan, menuturkan Bahasa Jawa sebagai pengantar sehari-hari.
Di kawasan perkotaan, orang Tionghoa lazim menuturkan Bahasa Hokkian selain bahasa Indonesia. Di pegunungan, masyarakat Batak menuturkan Bahasa Batak yang terbagi atas empat logat (Silindung-Samosir-Humbang-Toba). Bahasa Nias dituturkan di Kepulauan Nias oleh suku Nias. Sedangkan orang-orang di pesisir barat, seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Tengah, dan Mandailing Natal menggunakan Bahasa Minangkabau.
Sumatera  Utara yang kaya dengan budaya adat istiadat dan keindahan alamnya.
Sumatera Utara kaya dengan berbagai adat budaya atau etnis yang beragam antara lain : Etnis Melayu, Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak Dairi, Batak Simalungun, Nias, Etnis Sibolga Pesisir, dan etnis pendatang.
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumatera Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.

Kekayaan budaya yang dimiliki berbagai etnis yaitu :

Batak Toba dengan Tarian Tortor, Wisata danau toba, wisata megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi dan kuliner. 

Batak Karo yang terkenal dengan daerah Berastagi dengan alam yang sejuk dan indah, penghasil buah-buahan dan sayur-sayuran yang sudah menembus pasar global dan juga memiliki adat budaya yang masih tradisional. 

Etnis Melayu yang terkenal dengan berbagai peninggalan sejarah seperti Istana Maimoon, tari derah dan peninggalan rumah melayu juga masjid yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. 

Batak Angkola yang terkenal dengan kultur budaya yang beragam, mulai dari tari daerah adat istiadat dan merupakan penghasil salak (salak sidempuan) yang juga sudah dapat menembus pasar global.

Batak Pakpak Dairi yang dikenal dengan peninggalan sejarah megalitik berupa mejan dan patung ulubalang dan tentunya juga memiliki adat istiadat dan tari daerah juga alat musik yang khusus.

Etnis Simalungun memiliki peninggalan sejarah berupa Rumah Bolon atau yang dikenal dengan Museum Lingga/Rumah Bolon yang pada tempat itu masih terdapat berbagai peninggalan sejarah dan etnis Simalungun juga memiliki adat istiadat dan budaya yang tersendiri. 

Etnis Nias memiliki daerah yang kaya dengan wisata alam yang sangat menakjubkan yang telah memiliki nilai jual hingga ke mancanegara, daerah ini juga memiliki kekayaan situs megalitik dan daerah ini masih tergolong daerah yang orisinal yang belum terlindas dengan kemajuan zaman karena didaerah ini masih banyak peninggalan megalitik seperti kampung batu, nilai budaya yang tradisional dan banyak lagi yang sangat bernilai tinggi, dan menurut cerita masyarakat setempat, daerah tersebut sudah direncanakan untuk dijadikan salah satu zona situs megalitik yang dilindungi dunia. 

Etnis Sibolga Pesisir ini juga memiliki berbagai budaya dan adat istiadat yang khusus yang juga memiliki nilai sejarah yang sangat berharga.

Dari semua etnis tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya dan etnis juga sejarah yang patut untuk diperhitungkan dan dijaga kelestariannya demi mengangkat martabat bangsa Indonesia di bidang Kebudayaan dan Pariwisata.

Budaya Sumatera Utara - Seni Kebudayaan Tradisional Propinsi Daerah Sumut. Sumatra Utara memiliki khasanah kekayaan budaya yang beraneka ragam. Kebudayaan daerah Sumsel tersebut meliputi adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah.

Di Propinsi Sumatera Utara terdapat beberapa suku yang mendiami propinsi tersebutdiantaranya adalah suku Melayu, suku Nias, suku Batak Toba, suku Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli Tengah, suku Tapanuli Selatan yang terdiri dari suku Sipirok, suku Angkola, Padang Bolak, serta Mandailing, Namun ada juga pendatang seperti suku Minang, Jawa serta Aceh. Pendatang ini membawa kebudayaan serta adat-istiadatnya masing-masing.

Seni Budaya Sumatera Utara

Musik daerah Sumatera Utara
Sama seperti budaya daerah lainnya yang ada di Indonesia Sumatera Utara juga memilki musik yang khas daerah Sumse. Musik yang biasa dimainkan di Sumatra Utara ini tergantung dengan upacara-upacara adat yang diadakan di Sumut. Yang menjadi ciri khas adalah terdapat alunan musik genderang. Seperti misalnya pada Etnis Pesisir yang memiliki serangkaian alat musik yang sebut dengan Sikambang.

Tarian Budaya Sumatera Utara
Memiliki beraneka ragam seni tari tradisional yang terbagi beberapa macam. Ada yang bernuansa magis yang berupa tarian sakral namun ada juga yang sifatnya untuk hiburan saja yang berupa tari profan. Jenis tari adat Sumut merupakan bagian dari upacara adat, sedangkan tari sakralnya biasanya ditarikan oleh dayu-datu.

Beberapa tarian yang berasal dari Sumatera Utara adalah tari Tortor, morah-morah, parakut, sipajok, patam-patam sering dan kebangkiung, tortor nasiaran, tortor tunggal panaluan.

Senin, 10 Februari 2014

BUDAYA JAWA TENGAH

Budaya Jawa Tengah

Jawa Tengah adalah propinsi dimana budaya jawa banyak berkembang disini karena di jawa tengah dahulu banyak kerajaan berdiri disini itu terlihat dari berbagai peninggalan candi di jawa tengah. Mahakarya yang sungguh mempesona adalah batik di jawa tengah setiap daerah mempunyai corak batik tulis yang berbeda beda mereka mempunyai ciri khas sendiri – sendiri. Selain batik ada juga kesenian yang tak kalah luar biasanaya ada wayang kulit yang sudah diakui dunia sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO ada juga tembang tembang (lagu lagu ) jawa yang diiringi oleh gamelan (alat musik) yang juga dikenal dengan campursari serta ada juga ketoprak yang merupakan pertunjukan seni peran khas dari jawa.

Wayang Kulit
Batik
Campursari


Di Jawa Tengah juga masih ada kerajaan yang sampai sekarang masih berdiri tepatnya di Kota Solo yang dikenal dengan Kasunanan Solo. Budaya jawa tengah sungguh banyak mulai dari wayang ,wayang orang, ketoprak,tari dan masih banyak lagi. Kebudayaan yang ada di wilayah Provinsi Jawa Tengah mayoritas merupakan kebudayaan Jawa, namun terdapat pula kantong-kantong kebudayaan Sunda di wilayah sebelah barat yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat terutama di Kabupaten Brebes dan Kabupaten Cilacap. Adapun budaya lokal Jawa Tengah antara lain: Kraton Solo (Centraljava Surakarta), Batik, Ketoprak, Pagelaran Wayang Kulit, Tari Srikandi / Tari Panah, Pertujukan Wayang Orang, Sinden, Tayub, Batik.

Selain itu, Provinsi Jawa Tengah ternyata mempunyai daya tarik kebudayaan yang bagus, salah satu contohnya adalah memiliki tarian tradisional yang beragam. Tarian tradisional Jawa Tengah, antara lain:


1. Tari Merak

Tari Merak merupakan tari paling populer di Tanah Jawa. Versi yang berbeda bisa didapati juga di daerah Jawa Barat dan Jawa Timur. Seperti namanya Tarian Merak merupakan tarian yang melambangkan gerakan-gerakan Burung Merak. Merupakan tarian solo atau bisa juga dilakukan oleh beberapa orang penari. Penari umumnya memakai selendang yang terikat dipinggang, yang jika dibentangkan akan menyerupai sayap burung. Penari juga memakai mahkota berbentuk kepala menyerupai burung Merak. Gerakan tangan yang gemulai dan iringan gamelan, merupakan salah satu karakteristik tarian ini.


2. Tari Gambyong


Tari Gambyong tercipta berdasarkan nama seorang penari jalanan (tledhek) yang bernama  Si Gambyong yang hidup pada zaman Sinuhun Paku Buwono IV di Surakarta (1788-1820). Sosok penari ini dikenal sebagai seorang yang cantik jelita dan memiliki tarian yang cukup indah. Tak heran, dia terkenal di seantero Surakarta dan terciptalah nama Tari Gambyong. Tarian ini merupakan sejenis tarian pergaulan di masyarakat. Ciri khas pertunjukan Tari Gambyong, sebelum dimulai selalu dibuka dengan gendhing Pangkur. Tariannya terlihat indah dan elok apabila si penari mampu menyelaraskan gerak dengan irama kendang. Sebab, kendang itu biasa disebut otot tarian dan pemandu gendhing. Pada zaman Surakarta, instrumen pengiring tarian jalanan dilengkapi dengan bonang dan gong. Gamelan yang dipakai biasanya meliputi gender, penerus gender, kendang, kenong, kempul, dan gong. Semua instrumen itu dibawa ke mana-mana dengan cara dipikul. Umum dikenal di kalangan penabuh instrumen Tari Gambyong, memainkan kendang bukanlah sesuatu yang mudah. Pengendang harus mampu tumbuh dengan keluwesan tarian serta mampu berpadu dengan irama gendhing. Maka tak heran, sering terjadi seorang penari Gambyong tidak bisa dipisahkan dengan pengendang yang selalu mengiringinya. Begitu juga sebaliknya, seorang pengendang yang telah tahu lagak-lagu si penari Gambyong akan mudah melakukan harmonisasi.


3. Tari Sintren


Tari Sintren adalan kesenian tradisional masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Tari Sintren adalah sebuah tarian yang berbau mistis / magis yang bersumber dari cerita cinta Sulasih dan Sulandono. Tersebut dalam kisah bahwa Sulandono adalah putra Ki Baurekso hasil perkawinannya dengan Dewi Rantamsari. Raden Sulandono memadu kasih dengan Sulasih, seorang putri dari Desa Kalisalak, namun hubungan asmara tersebut tidak mendapat restu dari Ki Baurekso. Akhirnya R. Sulandono pergi bertapa dan Sulasih memilih menjadi penari.

Meskipun demikian pertemuan diantara keduanya masih terus berlangsung malalui alam goib. Pertemuan tersebut diatur oleh Dewi Rantamsari yang pada saat meninggal jasadnya raib secara goib, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R. Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R. Sulandono, yaitu dengan cara bahwa pada setiap acara dimana Sulasih muncul sebagai penari maka Dewi Rantamsari memasukkan roh bidadari ke tubuh Sulasih, pada saat itu pula R.Sulandono yang sedang bertapa dipanggil roh ibunya untuk menemui Sulasih dan terjadilah pertemuan diantara Sulasih dan R. Sulandono.

Sejak saat itulah setiap diadakan pertunjukan sintren, sang penari pasti dimasuki roh bidadari oleh pawangnya, dengan cacatan bahwa hal tersebut dilakukan apabila sang penari betul-betul masih dalam keadaan suci (perawan). Sintren diperankan oleh seorang gadis yang masih suci, dibantu pawang dan diiringi gending 6 orang, sesuai pengembangan tari sintren sebagai hiburan budaya maka dilengkapi dengan penari pendamping dan bador (lawak).



Ada pula adat Jawa Tengah yang menarik untuk di perbincangkan, yaitu:

1. Pesta Lomban

Pesta Lomban di Jepara pada awalnya adalah pesta masyarakat nelayan di wilayah Kabupaten Jepara, dalam perkembangan pesta ini telah menjadi milik masyarakat Jepara pada umumnya. Pesta ini merupakan puncak acara dari Pekan Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 syawwal atau 1 minggu setelah hari Raya Idul Fitri.

Pesta lomban oleh masyarakat Jepara sering pula disebut sebagai “Bada Lomban “ atau ''Bada Kupat'' . karena pada saat  itu masyarakat Jepara merayakannya dengan memasak kupat dan lepet , masakan itu pila bisa dimakan dengan berbagai masakan lezat seperti : opor ayam, rendang daging, sambal goreng, oseng-oseng dan lain sebagainya.



Kupat adalah bentuk tradisional yang tidak asing lagi bagi masyarakat khususnya masyarakat Jawa Tengah. Kupat ini terbuat dari beras yang dibungkus daun kelapa muda (janur), rasanya seperti nasi biasa. Sedangkan lepet hampir seperti kupat tetapi terbuat dari ketan disertai parutan kelapa dan di beri garam. Lepet ini rasanya lebih gurih dan dimakan tanpa lauk. Bentuknya bulat panjang sekitar 10 cm.



Pesta Lomban  masa sekarang  kini telah dilaksanakan oleh warga masyarakat nelayan Jepara bahkan dalam perkembangannya sudah menjadi milik warga masyarakat Jepara khususnya. Hal ini nampak partisipasinya yang besar masyarakat Jepara menyambut Pesta Lomban. Dua atau tiga hari sebelum Pesta Lomban berlangsung pasar-pasar di kota Jepara nampak ramai seperti ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri. Ibu-ibu rumah tangga sibuk mempersiapkan pesta lomban sebagai hari raya kedua. Pedagang bungkusan kupat dengan janur (bahan pembuat kupat dan lepet) juga menjajakan ayam guna melengkapi lauk pauknya.


Pada saat pesta Lomban berlangsung semua pasar di Jepara tutup tidak ada pedagang yang berjualan semuanya berbondong-bondong ke Pantai terdekatnya masing-masing. Pesta Lombang biasanya berlangsung sejak jam 06.00 pagi dimulai dengan upacara Pelepasan Sesaji dan lain sebagainya. Upacara ini dipimpin oleh pemuka agama atau tokoh agama desa tersebut,. Setelah dilepas dengan do’a sesaji berupa kepala kerbau ini di ”LARUNG” ke tengah lautan, pelarungan sesaji ini dipimpin oleh pemuka agama desa tersebut.

Upacara pelarungan ini adalah sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Allah SWT, yang melimpahkan rizki dan keselamatan kepada warga masyarakat nelayan selama setahun dan berharap mendapatkan rizki dan hidayahnya masa depan.


2. Upacara Adat Ruwatan

Upacara Adat Ruwatan sering digelar di Pantai Selatan Parangtritis Kecamatan Kretek Bantul Yogyakarta merupakan aset wisata yang perlu dilestarikan dan dikembangkan keberadaanya. Sebab upacara-upacara sakral, seperti larungan (labuhan), sesaji "Bhekti Pertiwi-Pisungsung Jaladri" dan ruwatan, selain meningkatkan kunjungan wisatawan, otomatis juga meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah) Kabupaten Bantul, khususnya dan DI Yogyakarta pada umumnya.

Upacara-upacara semacam itu sering digelar di tiga pantai yang letaknya berdekatan, yakni Pantai Parangtritis, Parangkusumo, dan Pantai Parangwedang. Sebagai contoh, upacara yang baru saja dilaksanakan oleh warga setempat, yakni "Bhekti Pertiwi" dan "Pisungsung Jaladri" di Dusun Pemancingan Desa Parangtritis Kecamatan Kretek. Dengan diadakan upacara tersebut, menurut Ki Tembong M. Sandri, salah seorang panitia mengisyaratkan, seperti layaknya upacara adat lain, sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kemurahan dan rezeki untuk kehidupan keluarga.

Menurut Tembong, upacara adat, selain bertujuan melestarikan budaya luhur warisan nenek moyang juga menciptakan aset wisata budaya guna mendukung pengembangan pantai wisata Parangtritis yang dampaknya menaikkan penghasilan masyarakat dan pemerintah daerah setempat. Kedua upacara tersebut memiliki makna yang sama dalam satu rangkaian upacara, namun memiliki tujuan dan pelaksanaan yang berbeda.

Upacara yang sudah dimulai tahun l989 dan masih dilakukan hingga sekarang itu tetap dilestarikan dan digelar rutin setiap tahun sekali, yakni sehabis musim panen masyarakat Parangtritis. Bahkan, untuk tahun ini pelaksanaanya lebih semarak dan meriah. Bupati Bantul Drs. H. Idham Samawi dan Kepala Pariwisata Bantul Drs. Djoko Lawiyono berkenan hadir dan mengikuti jalannya upacara sampai selesai, yakni larungan sesaji ke Pantai Selatan.
Maksud dan tujuan diadakan "Bhekti Pertiwi-Pisungsung Jaladri" ini, selain merupakan ungkapan rasa terima kasihnya pada Yang Maha Pencipta, juga menyemarakkan keberadaan Pantai Selatan Parangtritis sekaligus menghilangkan nama jelek yang selama ini diemban pantai tersebut. Ya, selama ini Pantai Parangtritis identik dengan tempat mangkalnya wanita-wanita yang menjajakan seks atau WTS-WTS yang mencari mangsa.


Setelah selesai upacara "Bhekti Pertiwi", dilanjutkan "Pisungsung Jaladri". Bentuk upacara ini merupakan larungan (labuhan). Sesaji yang terdiri pisang sanggan, bunga tabur, kelapa muda warna hijau, ketan kolak dan buah-buah yang dibentuk gunungan dan beberapa pakaian baru, dibawa iring-iringan oleh warga setempat yang terdiri dari 8 RT menuju ke Pantai Parangtritis untuk dilarung atau dipersembahkan kepada yang dipercaya menjaga Pantai Selatan, yaitu Nyi Roro Kidul.

Setelah dilarung, warga setempat atau pengunjung saling berebut untuk menjarah barang-barang larungan, seperti pisang, buah-buah dan pakaian baru yang sudah dilarung. Dalam perebutan barang-barang larungan ini, para pengunjung yang sebagian besar kawula muda, siap basah kuyup untuk mencari barang larungan sebab barang-barang tersebut sudah terbawa arus air ke tengah lautan.


Selain upacara sakral larungan atau labuhan dan "Pisungsung Jaladri", di pantai selatan ini sering digelar upacara sakral ruwatan. Upacara semacam ini biasanya dilaksanakan oleh Yayasan Mandra Giri Mataram. Ruwatan ada 3 versi, yakni ruwatan nasib, ruwatan penyakit menahun, dan ruwatan mencari rezeki yang kesemuanya bertujuan satu, yakni menyembah pada Yang Mahaagung dan Mahakuasa melalui upacara-upacara tersebut.

Ki Tembong, salah seorang juru ruwat mengatakan, hingga sekarang sudah sekira 25 kali melaksanakan upacara ruwatan. Jalannya upacara ruwatan biasanya dimulai sekira pukul 16.00 sore yang dimulai dengan mandi kembang dan sesaji secara kolektif. Setelah selesai upacara ruwatan, para peserta dihibur pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Pagelaran ruwatan dan wayang kulit ini biasnaya dilakukan malam hari, yakni malam Selasa dan Jumat kliwon di Pantai Parangtritis dan Parangwedang.

Para pesertanya pun dari bebagai daerah dan berbagai problem terungkap di sini, mulai yang usahanya sial, seret rezeki, sakit menahun, sulit jodoh, mencari keturunan, hingga berbagai permasalahan yang sulit diselesaikan. Melalui upacara ruwatan ini, menurut Ki Tembong, semua problem bisa diatasai asalkan sabar, telaten, dan tak putus asa.


"Dalam upacara-upacara sakral ruwatan di malam hari, selain meramaikan objek wisata Parangtritis dan memberi hiburan, juga bertujuan meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan PAD. Kegiatan ini sangat disetujui oleh Bupati Bantul Idham Samawi", ujar Tembong.


Sementara itu, Idham Samawi berpendapat, dengan diadakannya kegiatan-kegiatan yang sifatnya tradisional dan sakral, bisa menjadikan daya tarik wisatawan, baik wisnus maupun wisman, juga menghilngkan nama jelek di pantai selatan yang akhir-akhir dijadikan sarangnya para kupu-kupu malam. Di sisi lain, dengan seringnya diadakan hiburan dan upacara-upacara adat, otomatis akan menambah penjualan retribusi atau karcis masuk yang sekaligus menambah pendapatan daerah.

Menurut Kepala Pariwisata Bantul Drs. Djoko Lawiyono, untuk mendukung tempat wisata Parangtritis yang selama ini semakin ramai dikunjungi wisatawan memerlukan sarana dan prasarana yang memadai. Seperti disediakannya tempat-tempat peristirahatan, dibangunnya gedung kesenian, dibentuknya grup-grup kesenian tradisional asli daerah, dan kebersihan lingkungan serta keamanan tetap dijaga dan ditingkatkan.

Dalam kaitan upacara adat dan ruwatan di Pantai Selatan Parangtritis, baik Idham Samawi, Djoko Lawiyono, dan Ki Tembong sependapat bahwa tempat ini ditetapkan menjadi tempat wisata budaya adat dan hiburan-hiburan tradisional, baik yang digelar di siang hari maupun di malam har